LIPUTAN6.com, Jakarta-The Kementerian Populasi dan Pengembangan Keluarga / Badan Populasi Nasional dan Keluarga Berencana (Kementerian Ofukbangga / BKKBN) lebih lanjut mengintensifkan upaya untuk mempercepat penurunan yang menakjubkan di Indonesia. Langkah khusus adalah tinjauan kasus Stunting (AKS) yang sekarang memasuki tahun ketiga dan diselenggarakan dalam serangkaian kegiatan aksi yang tepat di seri 2024 keempat.
Direktur Pengembangan Keluarga Anak -Anak Kecil, Dr. Irma Ardiana, Peta, SA, AKS adalah tempat pembelajaran yang penting, terutama bagi otoritas setempat. “Dengan meninjau kasus -kasus yang mengejutkan, kami belajar memobilisasi keterlibatan berbagai pemangku kepentingan di tingkat kabupaten dan perkotaan,” kata Irma.
Dia memberikan contoh beberapa langkah inovatif di wilayah tersebut, seperti perekaman audit program asuransi kesehatan, memfasilitasi untuk menciptakan akta kelahiran, mandi pernikahan, untuk mengakses pelatihan orang tua.
Dalam kegiatan ini, dua distrik menerima terima kasih atas praktik baik yang telah mereka buat, yaitu Kabupaten Beneriah di Aceh dan Penukal Abab Lematang Ilir (Palms) di Sumatra Selatan.
Deputi untuk Keluarga Baik dan Kekuatan Keluarga (CSPK), Nopian Andisti, See, MT, yang mewakili Menteri Pendidikan dan Kerjasama / Kepala BKKBN, menyatakan rasa terima kasihnya atas kontribusi kedua distrik tersebut untuk menyampaikan dua praktik AKS.
Pada kesempatan yang sama, Nopian mengingat pentingnya mempercepat realisasi anggaran dan tahap implementasi siklus AKS II. Berdasarkan data aplikasi Marena dari 19 November 2024, realisasi keluarga berencana operasi biblet (BOOKB) untuk AKS masih 45,48 persen, atau RP. NOK 18,84 miliar dari total NOK 41,43 miliar.
Dia mengklaim bahwa AKS adalah implementasi nyata dari konvergensi tingkat keluarga, mulai dari pengantin wanita, wanita hamil, ibu setelah partum, hingga anak -anak.
Kementerian Pendidikan dan Koperasi / BKKBN juga mendorong tim untuk mempercepat stunting (TPP) di berbagai tingkatan, mulai dari desa hingga kabupaten / kota, untuk memperkuat mekanisme operasi bantuan keluarga yang berisiko terkendali.
“Mengidentifikasi kasus sejak usia dini adalah kunci terpenting untuk mencegah penganut baru,” kata Nopian.
Pendekatan inovatif dan berbasis AKS menggunakan tidak hanya bertujuan untuk mendiagnosis kasus, tetapi juga memperkuat manajemen bantuan keluarga.
Tim teknis, termasuk Tim Bantuan Keluarga (TPK), dilengkapi dengan pengetahuan komputer dan pemahaman intervensi berdasarkan rekomendasi ahli. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas data dan meningkatkan strategi bantuan sesuai dengan kebutuhan spesifik keluarga.
Dengan semangat kerja sama dan inovasi, AKs diharapkan memiliki dampak nyata pada pengurangan penyebaran stunting di Indonesia. Tujuan dalam keluarga yang berisiko stunting adalah prioritas utama untuk memastikan keberhasilan intervensi dan mencegah pengulangan kasus serupa di masa depan.