Medsos Disebut Jadi Tempat Berkembangnya Delusi dan Gangguan Psikologis

Republika.co.id, media sosial Jakarta dianggap tidak hanya untuk mengubah cara Anda berkomunikasi, tetapi juga tempat untuk mengembangkan delusi dan dibelokkan pola pikir, terutama pada pengguna yang rentan. Ini mengacu pada studi yang berjudul “Tweet, jadi saya.”

Studi ini mengungkapkan beberapa gangguan psikologis yang sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial yang berlebihan, cenderung melibatkan delusi. Gangguan psikologis termasuk narsisme (keyakinan berlebihan pada diri sendiri), Dismechry Tubuh (terobsesi dengan kekurangan fisik yang dibayangkan), anoreksia (selalu terasa gemuk meskipun sangat tipis) dan erotomania (keyakinan yang salah bahwa seseorang mencintai mereka secara diam -diam).

“Jejaring sosial menciptakan lingkungan yang mendukung munculnya keyakinan yang salah ini. Dalam model yang telah kami lakukan, interaksi digital diungkapkan untuk memungkinkan delusi berkembang secara tidak terkendali,” kata peneliti Simon Fraser Nancy Yang dan Bernard Crespi, menurut penelitian, pada hari Selasa (3/18/2025).

Studi ini juga menemukan beberapa kelompok yang lebih rentan untuk mengalami dampak negatif pada media sosial. Kelompok pertama adalah individu dengan narsisme, yang cenderung mencari validasi jumlah pengikut, sebagaimana dan komentar yang mereka terima.

“Kelompok -kelompok rentan lainnya adalah mereka yang mengalami gangguan makanan. Mereka semakin terpapar standar tubuh ideal yang tidak sehat pada platform visual visual,” kata peneliti.

Menariknya, penelitian ini menemukan bahwa orang dengan gangguan spektrum autisme benar -benar menggunakan jejaring sosial daripada kelompok lain. Jika mereka menggunakannya, biasanya bukan untuk bersosialisasi, tetapi untuk mengeksplorasi minat khusus.

gbk99 gbk99