Dampak Fatherless, Anak Lebih Rentan Alami Masalah Emosional hingga Akademik

LIPUTAN6.com, data Jakarta UNICEF menunjukkan 2021. Bahwa sekitar 20,9% anak -anak di Indonesia tumbuh tanpa nama samaran ayah.

Ini setara dengan sekitar 2.999.577 anak -anak Indonesia yang kehilangan karakter ayah mereka. Biro Statistik Pusat (BPS) menunjukkan dalam penelitian pada tahun 2021. Bahwa ayahnya dan ibunya diperlakukan bersama 37,17% anak -anak berusia 0 hingga 5 tahun. Faktanya, keberadaan ayah untuk perawatan sangat penting.

Studi yang berbeda telah menunjukkan bahwa keberadaan ayah dalam pengasuhan memiliki dampak besar pada perkembangan anak -anak. Anak -anak secara emosional, sosial dan akademis, termasuk masalah kesehatan mental.

“PeneButkan Peneliti Bahwa Anang Yang Tidak Tenjak Dalam Pengasuhan Akan Lebih Mengalami Masalah Akademik Direktur Bina Ketahanan Redaja Badan Kependukan dan Keluarga Berencana Nacional (BKKBN) Edi Setia Muewanga Mujana (BKKBN) Edi Muewanga Mujana (BKKBN) Keluar / Kepla Keluara / Kepala Bkkbn Wihahaji, Rab, Rab, Rabu (19/035).

Eddi menambahkan bahwa ayah adalah salah satu faktor yang membentuk generasi stroberi. Istilah ini mengacu pada fenomena bahwa seseorang dianggap rentan dan mudah ditinggalkan, sehingga sulit untuk mengatasi kegagalan, tidak ada kekuatan tempur dan dengan mudah ditekankan.

Inilah saat EDI membuka pergerakan ayah Indonesia dan sedang mempersiapkan pernikahan, yang mengacu pada kampus internet Diponegoro University (undip) oleh KEMENDUKBANGGA_BKKBKBN Akun YouTube.

 

Sementara itu, Profesor M.SI University Diponegoro (UNDIP) S.E.S.E. Suharnomo berharap bahwa materi tentang peran para ayah dapat memberi siswa dan masyarakat belajar dalam persiapan pernikahan. 

“Ini mensyaratkan bahwa belajar menikah (pernikahan) tentu saja tidak membutuhkan pengetahuan yang cukup, karena promosi hubungan dari hubungan berkaki dua tentu bukan hubungan saat ini,” kata Suharno.

 

Sementara itu, Okasher Julita D. L. Ngolan, Obat Kendurian, menjelaskan peran suami atau ayahnya sebelumnya memahami kesehatan.

Julita menjelaskan: “Peran suami / ayah dalam memegang prasangka yang sehat adalah untuk mempertahankan gaya hidup sehat (seperti menghindari alkohol, merokok dan mempertahankan berat badan yang ideal), yang kemudian akan siap untuk siap untuk ibu yang siap secara emosional dan fisik.”

Sementara itu, Yohanes Agung, pendidik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menjelaskan dalam pidatonya bahwa sebanyak 33% remaja Indonesia memiliki masalah dengan kesehatan mental. Namun, menurut dialog, hanya 4,3% orang tua yang dapat menemukan anak-anak, yaitu Penelitian Pemuda Nasional Indonesia untuk kaum muda (I-NEMHS).

 

Yohanes menambahkan bahwa mungkin ada efek negatif pada anak -anak di masa depan.

Dia menjelaskan: “Ada tiga jenis bantuan yang memiliki dampak signifikan pada masa depan anak -anak, yaitu, yaitu otoriter, yang kedua diizinkan atau diizinkan sepenuhnya, dan yang ketiga lalai untuk berasumsi dan memperhatikan anak -anak.”

Menurutnya, solusi terbaik adalah menjadi sehat melalui pendekatan kesehatan holistik, yang mencakup enam aspek utama: tubuh, emosi, kecerdasan, spiritual, sosial dan lingkungan.

Selain itu, kesehatan juga ditafsirkan sebagai adaptasi. Ada dua jenis adaptasi, pertama termasuk emosi, perasaan, pikiran dan semangat. Yang kedua adalah adaptasi komunikasi dengan keluarga.

gbk99 gbk99