Cara Melihat Hilal Bulan dengan Menggunakan Teropong

Jakarta – Salah satu cara untuk membangun bulan baru adalah dengan memantau Ruikatian Hilal atau Hillal di banyak titik atau tempat menggunakan teleskop atau teropong. Binokular adalah alat optik yang digunakan untuk melihat objek yang jauh dari tempat untuk membuatnya terlihat lebih jauh dan lebih jelas.

Prinsip dasar teleskop bukanlah perpanjangan dari objek, tetapi hanya mempromosikan koleksi cahaya dari objek. Ukuran objek, yang menunjukkan, tergantung pada sistem lensa atau cermin yang digunakan untuk membuat teleskop.

Untuk melihat bulan baru, teropong biasanya memiliki cermin cekung besar, lensa cembung, seperti mata dan cermin datar yang memantulkan cahaya. Cahaya yang masuk dipantulkan di cermin datar ke lensa mata (lensa cembung). Titik fokus F adalah koleksi lampu maksimum yang dikumpulkan oleh cermin konser besar.

Binokular sering disebut sebagai teropong reflektif atau teropong Newton, sedikit berbeda, karena mereka menggunakan cermin alih -alih fungsi dan inversi lensa objektif. Cermin lebih mudah daripada lensa dan tidak menderita penyimpangan kromatik (divisi warna) sebagai lensa.

Kabel LACA yang sangat baik berdiameter 500 cm, menggambarkan teropong di Gunung Palomar, AS (AS). Untuk melihat bulan baru, pengamatan biasanya terjadi setelah matahari terbenam.

Direktur Jenderal Masyarakat Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan bahwa Departemen Agama harus mengadakan isbat 1 Syawal Sesi 1443 H, Minggu 1, 2022. Mempertimbangkan sesi Isbat yang memberikan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan astronomi (rekonstruksi) dan hasil efek lapangan)

Menurut laporan itu, semua sistem sepakat bahwa Ijtimak jatuh pada hari Minggu, 1 Mei 2022, atau bertepatan dengan 29 Ramadhan 1443 H. Rukkyatul Hilal atau pemantauan Hilal, memantau agama di 99 Shawwal 1443.

Dari Kemenag.go.id -side yang dikutip, Departemen Agama (Kemenag) telah mulai menggunakan kriteria baru untuk menentukan awal bulan hijrias. Kriteria ini berlaku untuk hasil Menteri Brunei Darusalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) pada tahun 2021.

Selama periode ini, kriteria untuk hilal awal (bulan) hijria adalah 2 derajat, memanjang 3 derajat dan 8 jam. Mabims setuju untuk mengganti kriteria ini dalam 3 derajat dan panjang 6,4 derajat.

gbk99 gbk99