Alasan Miris Keluarga Putuskan Menjual Rumah Musik Harry Roesli di Bandung

LIPUTAN6.com, Jakarta – Musisi legendaris di Bandung, mendiang Harry Roei meninggalkan banyak kedutaan dan kenangan untuk para penggemarnya. Salah satu sisa sisa penyanyi ‘Si Bengal of Bandung’ adalah rumah musik Harry Roei. Namun, rumah gaya klasik di Jalan Supratman No.59, Cihapit, Distrik Bandung Wetan, Kota Bandung akan dijual.

Berita itu sibuk beredar di media sosial, termasuk di Twitter atau X, salah satunya di akun @Adibhidayat yang dimiliki oleh pengamat musik Adib Hidayat. Dalam unggahan, Adib mengungkapkan bahwa Harry Roei Music House (RMHR) dijual karena keluarga mengalami kesulitan menghabiskan biaya perawatan mereka.

“Rumah Musik Harry Roei, yang terletak di Jalan Supratman nomor 59, Bandung dijual. Keluarga itu memutuskan untuk menjual rumah arsitektur kolonial Belanda karena biaya pemeliharaan,” tulis mantan editor majalah Rolling Stone di tweetnya pada hari Senin 16 Desember 2024.

Selain itu, akun @catchmeupco juga meragukan informasi tentang Harry Rootli Music House. Menurut mereka dalam isi ulang mereka pada hari Selasa, 17 Desember 2024, keluarga terpaksa menjual rumah karena biaya pemeliharaan yang tinggi. “Keputusan untuk menjual kamar diputuskan beberapa tahun yang lalu, tetapi tampaknya tidak ada orang yang membeli.

Yang cukup baik adalah biaya untuk membayar listrik karena ada banyak alat musik dan selain biaya membayar karyawan untuk karyawan. Rumah besar ini benar -benar membutuhkan banyak orang untuk mengurusnya, “kata La Yala Khrisna Patria, putra Harry Roesli.

 

Setiap bulan biaya operasi, termasuk pemeliharaan rumah, mencapai puluhan juta rupiah. Keluarga juga telah mencoba memelihara rumah dengan menyewakan beberapa kamar di RMHR untuk tempat -tempat bisnis seperti Kedai Bakmi dan Coffee. Namun, dikatakan bahwa itu tidak cukup untuk menutup biaya pemeliharaan.

Unggahan menerima komentar berbeda dari warga. Banyak yang menyesali bahwa rumah musisi legendaris Indonesia harus dijual karena alasan yang masuk akal. Mereka berharap rumah itu dapat disimpan atau diproduksi sebagai situs wisata.

“Sedih jika Anda tahu ada berita ini. Itu harus menjadi salah satu tempat wisata jika Anda pergi ke Bandung,” kata seorang hamburger.

“Ini harus menjadi prioritas bagi pemerintah daerah, karena rumah ini secara historis terdeteksi pelopor seni. Hanya saja jika Anda mengatakan pemerintah daerah mengenal dirinya sendiri,” tulis yang lain.

“@Kemenbud Ayoooo Yukk Yukk Kementerian Kebudayaan mengambil alih … Wamen adalah seorang musisi. Sangat disayangkan jika harus dijual,” kata warga negara lain yang menghina Kementerian Kebudayaan.

“Menyedihkan bahwa tempat pertemuan juga ada di depan rumahnya,” kata pengguna lain.

“Ahmad Dhani ditawarkan, saya pikir dia menginginkannya, dia suka ini, dia haha,” kata burger lain.

 

Harry Roei meninggal pada 11 Desember 2004 setelah ia dirawat selama seminggu di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta Barat. Pria yang merupakan Kang Harry yang terkenal meninggal karena serangan jantung dan diabetes dan dimakamkan di pemakaman keluarga di daerah Ciofa, Bogor, Jawa Barat.

Peluncuran Canal Showbiz LIPUTAN6.COM, almarhum membiarkan istrinya, Konia Perdani Handiman, dan putranya, La Hami Krisna Parana Roolli dan La Yala Krisna Patria Roei. Kepergian Kang Harry meninggalkan kesedihan yang dalam bagi keluarga dan seniman Indonesia.

Harry Roei lahir di Bandung, Jawa Barat, 10 September 1951. Pemilik nama asli Djauhar Zaharsjah Fachrudin Roesli, ini adalah anak termuda dari empat anak dari Rushan Roesli dan keluarga Edianana. Dia bisa pergi ke departemen mesin di Institut Teknologi Bandung, tetapi kuliahnya tidak selesai.

Ketertarikan Harry pada musik sangat hebat, ia memasuki Lembaga Pendidikan Seni Jakarta (sekarang Jakarta Art Institute) 1975-1977. Cucu penulis Siti Nurbaya, Angry Roetli, juga belajar musik di Rotterdam Conservatory, Belanda, 1977-1981.

Kang Harry dianggap oleh seniman terdekat sebagai musisi “keras kepala” total dalam musik. Tidak hanya itu, Kang Harry menyerahkan rumahnya, Jalan W.R. Supratman 59, Bandung, membuat kantor pusat Depot Creation Art Bandung (DKSB) yang kemudian menjadi rumah musik Harry Roei.

Di sana, Kang Harry, seniman dan anak -anak jalanan menciptakan berbagai kreasi, band, rekaman musik, dan kegiatan perkusi lainnya. . Kang Harry sering disebut kritik sosial karena kritik pedas terhadap lagu, puisi, dan ekspresi langsung. Bahkan, dia tidak ragu untuk mengkritik implementasi pemerintah karena mengkritik seniman.

Selain membangun band, Harry juga fokus pada grup teater pada tahun 1973 dengan nama Ken Arok. Sejumlah karya unik juga dibuat oleh Kang Harry, termasuk Musik Rumah Sakit (1979 di Bandung, 1980 di Jakarta) dan tema gigi (Jakarta, 1982). Akhirnya, bersama dengan Didi Petet dan Doel Sumbang, Kang Harry menjadi guru di Departemen Seni di Universitas Pasundan di Bandung.

Beberapa bulan yang lalu, almarhum Harry Roei menerima tanda kehormatan dari Presiden Republik Indonesia Bintanga Parama Dharma pada tahun 2024. Penghargaan tersebut segera diterima oleh almarhum, Kania Row dari Presiden ke -7 Indonesia, Joko Widodo pada 14 Agustus 2024 di negara bagian tersebut.

 

gbk99 gbk99