Cover6.com, Jakarta – Perdagangan Pemanasan Perang. Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Presiden Donald Trump dan Cina masih menanggapi tarif impor untuk masing -masing negara.
Awalnya, tarif yang ditarik masih di bawah 50%, tetapi hanya dalam beberapa hari tingkat impor AS ke Cina dan Cina ke AS menjadi lebih dari 100%dan bahkan mencapai 145%.
Berikut adalah berita paling populer di Coverage Channel Business6.com pada hari Sabtu (12/4/2025): 1 Gedung Putih: Tingkat Impor China hingga 145 persen
Presiden AS Donald Trump berusaha untuk mendapatkan harga tinggi pada barang impor Cina yang berlaku pada hari Kamis, 10 April 2025. Akibatnya, Gedung Putih menjelaskan bahwa tingkat kumulatif untuk Cina sebenarnya akan mencapai 145 persen.
Sebelumnya, Gedung Putih menawarkan pesanan untuk menunda aplikasi tarif 90 -hari. Namun, Donald Trump menggandakan tingkat impor Tiongkok yang baru menjadi 125 persen. Selain itu, tingkat tambahan 20 persen dari awal tahun untuk peran China dalam rantai pasokan Fentanyl, sebagaimana disebutkan oleh Channel News Asia, ditulis pada hari Jumat (11/4/2025).
Hal ini menyebabkan tarif bahwa Trump dibebankan dari tahun 2025 hingga 145 persen pada barang -barang Tiongkok, yang ada tingkat baru 125 persen untuk barang, di luar tarif 20 persen yang dikumpulkan dalam menanggapi krisis fentanyl.
Lihat berita lengkap di sini
Tiongkok mengembalikan tarif timbal balik Presiden AS Donald Trump dengan meningkatkan tarif impor untuk barang -barang AS menjadi 125% dari 84%. Ini diungkapkan oleh Komisi Tarif Bea Cukai di Dewan Negara dalam sebuah pernyataan.
“Meskipun AS semakin memaksakan tingkat yang lebih tinggi, itu tidak lagi ekonomis dan akan menjadi lelucon dalam sejarah ekonomi global,” Komisi Kursus Bea Cukai Tiongkok, dikutip oleh CNBC pada hari Jumat (11/4/2025).
“Jika Amerika Serikat masih mengenakan tarif pada barang -barang Tiongkok yang diekspor ke Amerika Serikat, Cina akan mengabaikannya,” katanya.
Lihat berita lengkap di sini
Presiden Prabowo Subianto baru saja mengatakan bahwa peraturan tingkat konten domestik (TKDN) telah diubah menjadi lebih fleksibel. Namun, itu dianggap direvisi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Elektronik (Gabel), Daniel Suhardiman, menilai bahwa industri elektronik harus diperkuat. Dia khawatir bahwa relaksasi peraturan TKDN dalam komoditas tertentu akan menarik sektor lain.
“Menurut pendapat kami, kebijakan tersebut harus memperkuat dan menjadi tidak layak, jika terpisah, negara atau komoditas lain juga akan meminta relaksasi,” kata Daniel.
Lihat berita lengkap di sini